Polemik dualisme kepengurusan
PSMS
Medan didesak berakhir. Hal ini ditegaskan Walikota Medan, Rahudman
Harahap dalam temu ramah bersama pengurus harian dan klub-klub
PSMS Medan di Hotel Grand Aston, Kamis malam. Ketua umum
PSMS
yang mengundurkan diri lantaran terganjal Permendagri ini menegaskan
agar musyarawarah luar biasa segera dilaksanakan di bulan September ini
untuk membentuk kepengurusan
PSMS yang baru.
Rahudman mengatakan, situasi persepakbolaan
Indonesia yang sedang bermasalah dan urung terselesaikan berimbas pada situasi
PSMS. Selain itu, catatan kompetisi musim lalu, dimana,
PSMS
belum mampu menorehkan prestasi membanggakan Kota Medan, juga mendorong
berbagai polemik baru, terkait kepengurusan dan manajemen tim.
“Saya sangat menyadari dinamika yang berkembang tersebut. Namun
perlu kita pahami bersama, bahwa situasi ini tidak hanya terjadi di
Medan tapi juga daerah-daerah lain di
Indonesia. Untuk
itu, saya mengajak kita semua untuk melihat ke depan, membangun
semangat dan jati diri tim. Ini semua tidak akan bisa dilakukan jika
semua disibukkan dengan tren perpecahan manajemen persepakbolaan yang
semakin berkembang dan tidak terkendali. Dalam pandangan saya, kita
harus bekerja semuanya, insan sepakbola memiliki tujuan bersama untuk
membangkitkan persepakbolaan Medan,” tuturnya.
Rahudman menyadari,
PSMS Medan acap kali tertinggal
dari sisi infrastruktur dan sponsorship. Pihaknya menyakini sedang
berbenah memperbaiki dua aspek tersebut, seperti renovasi stadion
Teladan. Untuk sponsorship, Rahudman menegaskan komitmennya untuk
selalu mempromosikan kepada stakeholder kota untuk membangun finansial
PSMS agar klub disertai keuangan dan manajemen yang baik.
“Tidak dapat dipungkiri masalah tersebut merupakan hal utama
PSMS kurang berprestasi. Walaupun saya resmi sudah mengundurkan diri sebagai ketum
PSMS,
tapi tangggung jawab saya masih ada di sana, bagaimana stadion Teladan
itu makin baik untuk bisa mengikuti kompetisi baik nasional dan
internasional. Sebab, jelek pun
PSMS, nama saya akan terbawa-bawa sebagai walikota,” tegasnya.
Satu sisi, sebagai walikota, dia juga heran melihat kondisi
PSMS. Tim-tim dari daerah lain bisa ditopang keuangan yang baik. Padahal Medan adalah kota dengan perekonomian terbaik di
Indonesia. “Saya kadang heran, Medan kota metropolitan, ekonomi kota Medan terbaik di
Indonesia, tingkat pertumbuhannya 7,9 persen terbesar dan tertinggi di Asia tenggara, inflasi terendah di
Indonesia,
0,5 persen. Tapi ini juga membuktikan, kita punya kekuatan untuk
membangun persepakbolaan kota Medan. Saya undang ketua DPRD, ketua KONI
(dalam pertemuan) untuk sama-sama punya kewajiabn moral mendorong agar
PSMS tidak main-main. Saya akan leluasa berbuat untuk
PSMS,
apabila tidak lagi jadi pengurus di dalam. Asal ini dibicarakan
bersama-sama dan tidak dibawa untuk kepentingan kelompok maupun
kepentingan tertentu,” bebernya.
Soal dualisme kepengurusan saat ini, Rahudman memilih untuk tidak
mengomentari kubu lainnya. Dia hanya mengingat, agar semua berjalan
sesuai prinsip AD/ART klub. “Segeralah selenggarakan musyawarah luar
biasa pada September ini. Minggu depan usahakan bisa terlaksana. Saya
dan DPRD akan memfasilitasi agar dibentuk panitia untuk musyawarah itu.
Kita harus mengacu pada AD/ART. Jangan mau eksis, tapi tidak memenuhi
prinsip AD/ART. Kondisi
PSMS ini keprihatinan kita
bersama. Kita jalin komunikasi yang erat demi membangun animo masyarakat
dan bagaimana tim ini bisa disegani lawan. Tapi nasib saya juga, kalau
saya nonton (di Teladan) menang
PSMS, tapi kalau tidak, kalau itu,” ujarnya sambil berkelakar.
Dia juga meminta kepada manajemen
PSMS ISL dan
IPL yang hadir di lokasi untuk menyatukan pemikiran agar
PSMS
hanya satu. Rahudman juga secara tegas tidak memberikan peluang kepada
pengurus untuk interupsi saat menyampaikan pesannya di hadapan semua
pengurus klub.
“Kepada pengurus yang melaksanakan kompetisi yang sudah berakhir dan akan kembali lagi, Idris (CEO
PSMS), Nanda (Bendahara), Doli (manajer
PSMS IPL), Freddy (CEO
PSMS IPL), enggak ada lagi
PSMS IPL
dan ISL di sini. Mari membangun klub. Karena saya diberikan mandat
kepada saya, maka jangan melama-lamakan, jangan ada interupsi, kalau ada
nanti dilakukan di musyawarah luar biasa bisa menyampaikan aspirasi,”
tukasnya.
Dia juga menyinggung soal skuat
PSMS, agar musim
depan lebih menghargai putra daerah. “Ngapain cari pemain dari luar,
pemain kitapun ada. Jangan terlena, pemain luar banyak tapi mahal. Kita
malah bayar pemain (putra daerah) kecil Rp10 ribu, tapi mau bayar pemain
luar lebih. Kenapa enggak kita bayar pemain sendiri Rp100 ribu. Kalau
sudah pemain yang kita main, bagus atau tidak, paling enggak kita punya
barang,” tegasnya.
“Saya juga sudah pikirkan agar bus
PSMS diganti dan pembenahan infrastruktur di kebun bunga. Itu aset Pemko, bukan aset siapa-siapa. Enggak ada markas
PSMS yang lain, selain di situ. Sayapun kalau ada perpecahan (pengurus) saya tidak akan ikut. Kita hanya satu, tidak ada dua
PSMS,” ucap Rahudman disambut tepuk tangan pengurus klub.